Mengenal dan Mencegah Terjangkit Virus Korona


Virus korona diyakini pertama kali muncul di Wuhan di China pada
Desember 2019 dan hingga 24 Januari 2020, virus korona telah menewaskan
25 orang dan menginfeksi 800 orang lainnya.



Mengenal dan Mencegah Terjangkit Virus Korona



Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyatakan situasi darurat namun bukan pada level internasional.



Kepala
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof. Amin Subandriyo mengajak
masyarakat agar menjaga pola hidup bersih dan sehat serta menjauhi
kontak dengan orang yang dicurigai terjangkit virus korona.



"Yang
penting untuk dilakukan masyarakat adalah pola hidup bersih dan sehat
artinya menghindari menyentuh benda-benda yang mungkin tercemar dan
selalu mencuci tangan," kata Amin saat dihubungi Antara, Jakarta, Jumat
(24/1/2020).



Menurut Amin, virus korona banyak
ditemukan terutama di hewan, sementara yang menyerang manusia hanya
sebagian kecil dari virus korona. Sampai saat ini sudah ada enam jenis
virus korona yang diketahui diantaranya, yaitu Middle East Respiratory
Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS).



Sementara virus korona yang ditemukan di China
teridentifikasi jenis baru dan belum pernah ditemukan sebelumnya sebagai
virus korona yang menyerang manusia.



Virus korona
jenis baru yang ditemukan di China itu secara kekerabatan dekat dengan
virus SARS, dan dapat menular tidak hanya dari hewan pembawa virus tapi
juga antar manusia.



"Virus ini bisa menular dari satu
orang ke orang lain. Kalau itu terjadi maka otomatis penyebaran virus
korona-nya akan lebih cepat," ujarnya.



Amin menuturkan
masa inkubasi hanya beberapa hari dari terinfeksi virus korona asal
China sampai timbul gejala sehingga dimungkinkan saja orang yang
terinfeksi tapi belum muncul gejala selalu bepergian ke tempat lain baik
itu di dalam kota maupun sampai ke luar negeri.



"Jadi
mungkin saja terjadi bahwa ada orang yang sudah terbang jauh dalam satu
hari gejalanya belum muncul begitu sampai di negara tujuan baru muncul
gejalanya," ujarnya.



Upaya Pencegahan



Karena
virus korona bisa ditularkan lewat hewan ke manusia dan antar manusia,
maka masyarakat pada umumnya harus waspada walaupun tidak perlu terlalu
panik tapi harus sudah melakukan upaya-upaya pencegahan diantaranya
pertama, hindari kontak dan pendekatan dengan pasien yang diduga terkena
virus korona.



"Karena itu (virus korona asal China) bisa ditularkan lewat batuk, bersin dan sebagainya," ujarnya.



Kedua,
masyarakat harus menghindari kontak dengan hewan terutama di negara
yang sudah terdapat kasus positif adanya pasien terjangkit virus korona.



"Virus korona itu bisa menyerang manusia, bisa menyerang hewan, dan juga ada yang menular dari hewan ke manusia," tutur Amin.



Ketiga, masyarakat harus selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat agar tidak mudah terjangkit penyakit.



Keempat,
orang-orang yang bisa masuk dan keluar di lingkungan fasilitas
perawatan termasuk petugas kesehatan juga harus menerapkan kewaspadaan
umum seperti memakai masker jika didapati ada pasien terjangkit virus
korona yang dirawat di rumah sakit itu.



Kelima, harus mewaspadai riwayat perjalanan saat menduga seseorang suspect virus korona.



Keenam, masyarakat saat ini harus menghindari perjalanan ke negara yang ditemukan kasus positif pasien terjangkit virus korona.



Semua
lini masyarakat termasuk pihak rumah sakit harus waspada terhadap
lingkungan. "Kalau menghadapi kasus misalnya ada orang datang tiba-tiba
batuk langsung ditanya bepergian tidak ke mana atau melakukan perjalanan
ke mana, itu dibutuhkan kewaspadaan dan kejelian dari orang sekitar,"
ujar Amin.



Gejala



Ketika terjangkit
virus korona tersebut, gejala yang timbul mirip seperti infeksi saluran
pernapasan seperti batuk disertai demam atau sebaliknya demam dulu lalu
diikuti dengan batuk. Gejala lain adalah mulai sesak napas sampai gejala
agak berat yakni kesulitan dalam bernafas sehingga harus membutuhkan
alat-alat bantu untuk pernapasan.



Orang yang diduga
terjangkit virus tersebut harus dilacak riwayat kontak dan perjalanannya
selama 14 hari sebelumnya untuk mencari tahu apakah dia pernah kontak
dengan pasien yang menunjukkan gejala terinfeksi virus korona.



"Kalau
di rumah sakit, setelah kontak dengan pasien, setelah merawat pasien
kemudian timbul gejala, dan itu mesti diwaspadai. Tentu gejala-gejala
itu menjadi entry point untuk mencurigai kasusnya. Tapi kemudian harus
dikonfirmasi ke laboratorium apakah dia betul terinfeksi oleh virus
korona," ujarnya.



Untuk kasus yang lebih parah, orang
yang terjangkit virus korona ini bisa mengalami gejala berat seperti
pneumonia berat, gagal napas, gagal ginjal sampai kematian.



Amin
menuturkan memang virus korona sudah pernah ditemukan di berbagai
binatang dan binatang itu bisa menularkan ke manusia seperti virus MERS
yang ditularkan dari unta ke manusia. Namun untuk virus korona yang baru
ditemukan di China ditengarai ditularkan oleh ular atau kelelawar.
Tetapi, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan penularan
itu berasal dari hewan mana.



"Yang saat ini diisolasi di Wuhan ini memang belum dibuktikan secara eksperimental dari hewan yang mana," ujarnya.



Otoritas di Wuhan sudah melakukan isolasi terhadap hewan-hewan yang mungkin menjadi sumber infeksi virus itu.



"Awalnya
mereka yang sakit adalah mereka yang kerja di pasar ikan tapi ternyata
di pasar ikan itu juga dijual hewan lain yang dikonsumsi oleh
masyarakat," ujarnya.



Hewan tersebut berperan sebagai
carrier atau pembawa virus saja, dan tidak memiliki gejala apapun
seperti sakit jika di dalam tubuhnya terdapat virus korona, sehingga
masyarakat tidak dapat membedakan secara kasat mata hewan yang berada di
sekitar atau yang dikonsumsi itu membawa virus korona atau tidak.



Untuk
mengetahui orang positif atau negatif terjangkit virus korona, maka
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Lendir yang ada di tenggorokan
bagian belakang dapat diambil lalu dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa sehingga dapat diketahui ada tidaknya virus corona dalam tubuh
pasien.



Saat ini, baru ada dua laboratorium di Jakarta
yang bisa melakukan pemeriksaan itu yakni di Lembaga Biologi Molekuler
Eijkman dan Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.



Hingga saat ini, sebanyak tiga negara di
Asia Tenggara telah mengumumkan adanya kasus positif pasien terjangkit
virus korona, yakni Singapura, Vietnam dan Thailand.



Baik
di Thailand dan Vietnam, masing-masing negara ditemukan sebanyak dua
warga negara China yang positif terjangkit virus korona.



Di Singapura, sudah tiga orang yang positif mengidap virus korona.



Sementara itu, Jepang pada Jumat (24/1/2020) memastikan ada orang kedua yang terpapar virus korona baru dari China.



Demikian juga pemerintah Korea Selatan telah memastikan kasus kedua virus korona yang berasal dari China.



Sedangkan
di Indonesia, belum ada ditemukan kasus pasien yang positif terkena
virus korona. Hingga saat ini, ada empat suspect ditemukan di Indonesia.



Sulianti
Saroso Direktur Medik dan Perawatan Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI)
Jakarta, Dr Diany Kusumawardhani, mengatakan pihaknya saat ini sedang
merawat satu pasien yang menjadi "suspect" virus korona tetapi
kondisinya masih stabil dan tidak ada perburukan.



"Belum dinyatakan sebagai virus korona," ujar Diany.



Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali merawat tiga pasien yang diduga
terjangkit virus korona. Mereka merupakan wisatawan asing yakni satu
orang dewasa asal Meksiko dan dua diantaranya anak-anak berusia sekitar 5
- 6 tahun yang berasal dari China.



"Tiga pasien itu
masih suspect belum pasti, untuk menjelaskan itu perlu pemeriksaan swipe
dan sudah dikirim ke Jakarta belum ada hasilnya. Sementara kami rawat
sebagai observasi dulu," kata Dr dr I Ketut Sudartana Direktur Medik dan
Keperawatan RSUP Sanglah.



sumber:kelanakota.suarasurabaya

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel